Tanpa Kabar. Kemana Dia?
Akhirnya kami pulang dengan selamat. Rasanya begitu melegakan. Bis berhenti tepat di halaman sekolah. Beberapa orang tua siswa sudah pada berkumpul untuk menjemput putra dan putrinya. Secara tidak langsung akupun celingak-celinguk mencari keberapa Raihan. Dia tidak terlihat semenjak tadi malam. Kemana dia?
Aku mengecek ponselku. Berharap ada pesan atau panggilan tak terjawab dari Raihan lalu aku mencelos. Oh iya aku lupa. Bukankah semalam Raihan meninggalkanku? Tiba-tiba hatiku sesak. Rasa rindu benar-benar melekat dan aku tidak bisa berbohong. Tapi wajah Fika itu yang bikin kekesalanku memuncak.
Dari kejauhan aku melihat kak Fika yang sudah turun dari bis dan menuju tempat mobilnya berada. Dua orang pria berbadan besar menunggunya di samping mobil. Ah. Kak Fika itu memang cantik. Keturunan orang kaya, Pintar, dan disukai banyak cowok. Wajar saja aku cemburu bila sedikit saja dia mendekati Raihan.
"Raisya?" Aku menoleh kebelakang dan mendapati Papa Dokter memanggilku.
"Sudah selesai semua?"
Aku mengangguk. "Sudah Pa. Ayo kita pulang sekarang. Aku lelah."
"Tunggu dulu." Papa dokter mencegahku. "Raihan mana? Kalau dia belum dijemput sama supir pribadinya kita bisa pulang sekalian kan?" Aku terdiam sejenak. Sekali lagi, aku memperhatikan sekitar dan tidak menemukannya sama sekali. Jangankan hal itu, Fathur dan Malik saja sudah melenggang pergi bergoncengan naik motor.
"Sya?"
"Ya? Ah maaf. Mungkin dia sudah pulang Pa."
"Begitu ya? Yaudah ayo kita pulang. Mama sudah masak dirumah dan menghidangkannya untuk kita." Aku mengangguk dan Papa Dokter sudah melenggang pergi. Pakaian papa dokter masih rapi dengan kemeja putih yang di gulung hingga setengah kesiku. Sepertinya Papa Dokter baru pulang dinas semalam di rumah sakit mengingat saat ini jam menunjukan pukul 08.00 pagi.
Aku hanya menghela napas panjang. Tiba-tiba aku terpikir Raihan. Kenapa tiba-tiba dia menghilang bagaikan hantu?
❣️❣️❣️❣️
Mobil berhenti tepat di halaman rumahku. Aku keluar dari mobil dengan segenap rasa lelah dan perasaan tidak menentu. Mungkin hal yang biasa jika sebelumnya Raihan paling jarang memberiku kabar tapi.. Ntahlah. Perasaanku lagu campur aduk macam gado-gado saat ini. Aku pun memilih masuk kedalam rumah hingga mama menyambut kedatanganku. Mama segera merengkuh bahuku dan membawaku menuju dapur. Aroma masakan makanan yang terhidang begitu lezat di penciuman hidungku.
"Sayang, ya ampun. Alhamdulillah kamu pulang dengan selamat. Bagaimana kemah dan outbondnya?"
"Alhamdulillah lancar aja ma." Aku menuju westafel untuk mencuci kedua tanganku lalu beralih duduk di kursi meja makan. Lalu aku meraih sendok dan garpu.
"Ah baguslah. Rasanya pasti menyenangkan ya. Oh iya kamu panggil Raihan ya kesini. Kita makan bareng." Lagi-lagi aku terdiam. Kenapa hanya mendengar nama Raihan rasa sakit sekaligus rindu ini semakin menyiksa saja? Aku berusaha bersikap biasa- saja agar Papa Dokter dan Mama tidak mencurigai kami.
Aku tersenyum. Tentu saja senyum penuh kepalsuan. "Raihan lagi istrirahat Ma. Baru saja dia memberiku pesan singkat." "Yaudah. Kamu makan aja. Nanti kamu antar makanan ini kesebelah ya. Mertua kamu lagi ke Balikpapan."
"Ke Balikpapan?"
"Hm. Tempat Tante Naura. Katanya sih liburan. Kan sekarang lagi liburan kenaikan kelas. Nanti Raihan akan menyusul kesana. Mungkin bareng kamu."
Aku hanya mengangguk dan mulai menyantap makananaku. Perutku begitu lapar. Tapi ntah kenapa begitu menelan makanan ini rasanya terasa hambar. Padahal masakan mama begitu lezat. Ternyata begini rasanya. Makan dalam keadaan galau. Mood seketika hilang.
❣️❣️❣️❣️
"Sya. Kita jadikan beli baju hari ini di Mall? Mumpung ada diskon loh."
"Iya. Tunggu aku ya. Aku siap-siap dulu."
"Oke. Ini aku on the way kerumahmu bareng Lili. Naik mobil. Nyupir sendiri. Maklum lah, baru punya SIM. Bangga dong ya kan."
"Yaudah. Hati-hati dijalan. Sombong banget! Awas nabrak cowok ganteng. Ntar di kawinkan sama emaknya."
"Kamu juga. Hati tuh dijaga. Jangan sampai sakit. Obatnya cuma Raihan. Kan lagi marahan. Kasihan."
Aku mendengus kesal tanpa banyak basa-basi lagi langsung menutup panggilan dari Lala. Dasar dia itu. Nyebelin banget sih. Tapi Lala memang benar. Kami lagi marahan. Sudah beberapa jam berlalu sejak tadi malam. Raihan seperti tidak ada kabarnya. Aku terdiam menatap diriku didoean cermin. Memastikan semuanya baik-baik saja dan rapi. Setelah itu aku meraih ponsel dan mencoba menghubungi Raihan.
Oh ayolah, sekesal-kesalnya aku dengan Raihan, Tentu saja aku masih berhati baik hanya untuk meminta izin padanya sebelum keluar rumah. Nomor yang anda tuju sedang tidak aktif atau berada di luar jangkauan.
Lalu aku mengerutkan dahi, kenapa nomornya tidak aktip? Aku pun memilih mengirimkan pesan singkat.
"Aku izin. Jalan. Ngemall." Aku menunggu hingga beberapa detik. Pesan yang aku kirimkan melalui chating WhatsApp. Rasanya aku tidak sabar hanya menunggu centang garis dua sampai akhirnya bermenit-menit aku menunggu yang terjadi hanya garis centang satu.
"Kemana dia?"
"Kenapa nomor ponselnya tidak aktip?"
❣️❣️❣️❣️
NEXT CHAPTER 54 KLIK LINK DI BAWAH INI :
Tidak ada komentar:
Posting Komentar