"Om Afnan! Om Afnan! Om Afnan!"
Afnan terkejut ketika ia sedang duduk didepan komputer sambil memakai earphone di telinganya. Dengan kesal ia melepaskan earphonenya lalu menoleh kebelakang.
"Apa?!"
"Ini gawat!"
"Apanya? Kamu ketahuan?" sinis Afnan dengan jengah.
Afnan kembali membalikan badannya lalu memulai dari awal memainkan game di komputernya. Arvino merasa panik sampai-sampai ia kembali menarik paksa earphone di kepala Afnan. Afnan menoleh dan menatap Arvino tidak terima.
"Aku harus bagaimana? Keponakan om itu sekarang minggat." panik Arvino.
"Ya salah sendiri. Kan aku sudah bilang kalau ngerjain jangan kebangetan."
"Lah aku harus bagaimana? Tadi aja wajahku di tampol sama kue. Kalau ketemu aku gak bisa menjamin kalau mungkin dia akan keluar taring."
"Cari masalah sama bumil. Ya salah sendiri. Sudah tau orang hamil itu sensitifan. Tanggung sendiri lah resikonya." sinis Afnan lalu merasa bad mood dan keluar dari warnet.
Arvino mengejarnya lalu mengabaikan tatapan anak-anak kecil penghuni warnet dan game center yang heran melihat kedatangannya sambil memasang raut wajah panik.
"Om Afnan!"
"Apa lagi sih?"
"Bantu bujuk Aiza ya."
"Tidak bisa. Kamu saja. Gini-gini aku sudah merasa bersalah karena mengikuti saranmu. Aku tak habis pikir kenapa kamu punya pikiran kalau semua kesalahpahamanmu padaku selama ini dijadikan alasan untuk mengerjainya?!"
"Tapi Om-"
"Aku gak berani." Afnan menggeleng kepalanya. "Dia emang gak banyak omong. Tapi sekali marah.." Afnan bertingkah dengan memeluk tubuhnya sendiri dan bergidik ngeri oleh raut wajahnya yang sok dramatis. "Dia mengerikan."
"Tolonglah Om bantu saya."
"Lah salah sendiri ngerjainnya kebangetan. 4 bulan lagi. Sudah ya aku pergi."
"Om Afnan! Tidak-"
"Byeeeeeeeee."
Dan Afnan melenggang pergi menggunakan sepeda motornya. Mengabaikan Arvino yang kesal sambil menendang salah satu batu krikil di tanah.
****
"Nyebelin!"
"Seenaknya!"
"Kurang kerjaan!"
"Gak tau diri!"
"Gak punya hati!"
"Sok akting!"
"Pakai bohong!"
"Aaarrgghhhhh!!!!!"
Dengan kesal Aiza memukul-mukul sebuah boneka beruang yang ia ambil begitu saja kemudian ia tempelkan selembar foto Arvino menggunakan lem perekat di tubuh boneka tersebut. Aiza melampiaskan kekesalannya seolah-olah itu adalah wajah Arvino.
"Aunty.. aunty.. sudah dong."
Aiza mengabaikan gadis kecil yang merupakan keponakannya.
"Dasar gak tau diri!"
"Sok-sokan!"
"Menyebalkan!"
Aiza kembali memukul wajah Arvino yang tersenyum menyebalkan. Hanya itu foto yang ia punya sejak meninggalkan rumah.
"Aunty!! Nanti boneka aku rusaaaaaaak."
Aiza menghela napas. Ia pun akhirnya mengambil selembar foto Arvino lalu menyerahkan boneka tersebut pada keponakannya.
Gadis kecil anak dari Naura itu hanya melenggang pergi membawa kembali bonekanya keluar kamar Aiza. Saat ini Aiza kembali kerumahnya terdahulu dan membuat heboh satu rumah karena kehamilannya yang tidak pernah ia kabarin sebelumnya pada Naura dan keluarga lainnya.
Aiza menyalin beberapa nomor penting terutama nomor ponsel beberapa dosen yang masih terhubung dengannya mengenai pendadaran nanti dan nomor ponsel ayah bunda mertuanya ke nomor baru dan ponsel baru.
Setelah itu, Aiza menonaktifkan ponsel lamanya bahkan mematahkan kartunya kemudian membuangnya ke tempat sampah.
Aiza mendengus kesal. Kehamilannya benar-benar sensitif. Emosinya tidak stabil. Aiza merasa lelah lalu berbaring di atas tempat tidur dengan posisi menyamping.
Aiza berusaha memejamkan kedua matanya tapi merasa gagal karena bayangan wajah Arvino merasuki pikirannya. Jika ditanya hatinya yang terdalam, tentu saja ia tidak bisa menepis bahwa sesungguhnya ia merindukan Arvinonya.
Aiza membuka kedua matanya. Lagi-lagi kedua matanya tanpa sengaja melihat selembar foto Arvino yang tersenyum lebar sambil memakan semangkuk mie instan. Foto yang pernah Arvino kirimkan beberapa bulan yang lalu dan Aiza pun mencetaknya langsung.
Kekesalan Aiza semakin bertambah. Ini tidak bisa di biarkan! Jika ia selalu kesal dengan Arvino. Cepat atau lambat anaknya nanti akan lebih mirip Arvino ketimbang dirinya.
Dengan kesal Aiza berdiri dari posisinya, lalu satu per satu ia mencabut semua foto-foto Arvino yang ada di dinding.
"Jangan sampai anak ku mirip mas Vin! Jangan sampai!! Dia itu Menyebalkan!"
****
Saking kesalnya ya si Aiza sama Arvino. Padahal janin yang saat ini berkembang adalah hasil kolaborasi mereka kan ya? 😂🤣
Maaf ya part dikit untuk update malam ini. Author baru selesai dari kesibukan di dunia nyata. Disamarinda sudah jam waktu dini hari dan Author ngantuk banget 😖
Mau di paksa panjangin chapternya. takut banyak typo karena saking ngantuknya😴😴
Dan makasih sudah baca ya. Sehat selalu buat kalian..
With Love 🖤
LiaRezaVahlefi
LiaRezaVahlefi
Instagram :
Lia_Reza_vahlefi
Lia_Reza_vahlefi
NEXT CHAPTER 74. KLIK LINK DIBAWAH INI :
Tidak ada komentar:
Posting Komentar