"Kita mau kemana?"
Arvino diam tak banyak berkomentar. Apalagi saat ini ia semakin erat menggenggam tangan Aiza karena merasa Aiza miliknya.
"Mas. Kita kemana?"
Arvino tidak menggubris. Ia membuka pintu mobilnya untuk Aiza dan memasangnya safety beltnya. Aiza merasa bingung. Arvino benar-benar susah ditebak. Apalagi saat ini Arvino sudah mengemudikan mobilnya dengan kecepatan tinggi hingga membuat Aiza ketakutan.
"Mas. Istighfar. Jangan ngebut di jalan."
Dan Arvino menyadari hal itu. Ia pun menarik napas lalu menghembuskannya dan beristighfar dalam hati. Mobil melaju dengan kecepatan sedang dan Aiza bernapas lega hingga akhirnya Arvino menghentikan mobilnya begitu lampu merah sedang menyala.
Dari samping kaca mobil Aiza, terdapat sebuah kedai es cream yang terkenal enak. Aiza mengelus perutnya dengan pelan. Secara tidak langsung ia menginginkan es cream tersebut.
Aiza menoleh ke sampingnya. Ia melihat Arvino yang tampak datar. Ingin rasanya ia mengutarakan ucapannya bahwa ia sedang mengidam. Tapi melihat ekspresi Arvino saat ini, Aiza kembali ragu dan memilih diam.
Bahkan setelah lampu hijau menyala, Aiza menatap kesamping kaca mobilnya sekali lagi. Mungkin ia akan kesana suatu saat nanti. Ntah itu kapan.
"Kamu mau es cream itu?"
Aiza menoleh kearah Arvino.
"Gak usah pakai Diam. Jawab aja. Mau atau gak? Mumpung belum jauh mobil ini di kemudikan."
"Iya mas iya!" ucap Aiza antusias dan Arvino masih tetap datar dengan ekspresi wajahnya.
Akhirnya Arvino pun memutar arah kemudinya. Ia sadar selama ini tidak pernah menuruti keinginan Aiza jika wanita itu sedang mengidam. Tapi khusus hari ini, ia akan menurutinya dan setelah itu semuanya akan berakhir.
Arvino sudah memakirkan mobilnya dengan rapi dan dengan manja Aiza bergelayut di lengan Arvino ketika mereka memasuki kedai es krim tersebut.
Aiza dan Arvino memilih duduk di sudut ruangan yang tidak terlalu ramai pengunjung hingga sebuah pelayanan kedai es cream pun tiba menghampiri mereka sambil membawa buku menunya.
"Mas gak pesan?" tanya Aiza.
"Tidak."
"Tapi-"
"Cepat pesan. Jangan buang-buang waktu disini."
Aiza hanya mengangguk meskipun ia berusaha menahan sabar bahwa Arvino begitu ketus padanya. Setelah memesan, pelayan tadi akhirnya pergi dan membuat Aiza beralih menatap Arvino yang sibuk memainkan ponselnya.
Waktu terus berjalan, pesanan es cream Aiza pun tiba. Arvino sedikit terkejut kalau Aiza memesan tiga es cream sekaligus. Aiza begitu lahap menikmati es creamnya dan ia tidak sadar bahwa sejak tadi Arvino menatapnya tanpa berkedip.
Arvino menatap Aiza dengan lekat. Dilihatnya Aiza semakin cantik dengan pipinya yang chubby. Ia berusaha menahan senyum melihat Aiza yang begitu menggemaskan bagaikan anak kecil yang menikmati es creamnya.
Aiza begitu buru-buru dalam menikmati ketiga es creamnya dalam waktu 15 menit.
"Sudah mas."
"Kenapa cepat sekali?"
"Aku takut mas marah kalau memperlambat waktu disini."
Arvino menatap Aiza dan terlihat ada sisa es cream di sudut bibirnya. Arvino hendak menegur namun Aiza susah beranjak dari duduknya dan membuat Arvino memilih diam.
Sesampainya di mobil Aiza kembali berkata. "Mas setelah ini bisa temenin aku kedokter?"
"Ngapain?"
"Em.. periksa kehamilan mas."
Arvino tidak menjawab. Ia hanya diam bahkan kembali mengemudikan mobilnya menuju rumah sakit.
"Lebih baik kamu turun."
"Mas gak temani aku ke dokter?"
"Tidak."
"Kenapa?"
"Aku lelah."
Dan Aiza mengepalkan kedua tangannya. Ia menyalurkan rasa emosi yang bergejolak disana selama ini. Namun apa daya ia hanya seorang istri yang berusaha menahan diri agar tidak berkata kasar.
Tanpa banyak bicara lagi, Aiza turun dengan perasaannya yang hancur dengan kesalahanpahaman Arvino yang kesekian kalinya.
🖤🖤🖤🖤
"Alhamdulillah semuanya sehat. Usia kandungannya saat ini sudah menginjak 2 Minggu."
"Alhamdulillah."
"Masya Allah."
Adila menggenggam punggung tangan Devian yang kini berada disampingnya. Sedangkan seorang dokter kandungan bernama Ibu Dewi tengah melakukan USG di bagian perutnya.
"Karena saat ini ibu sedang hamil di trimester pertama, ada baiknya ibu harus banyak istirahat ya. Saran saya kelola stress dengan baik karena trimester pertama sangat rawan dengan keguguran. Dokter Devian tolong jaga istrinya dengan baik ya."
"Siap Dokter Dewi."
Akhirnya USG pun selesai, sejak tadi Adila tidak henti-hentinya mengucap rasa syukur bahwa saat ini ia sedang mengandung buah cintanya bersama Devian.
Setelah selesai memeriksa kandungannya, Adila bergelayut manja di lengan Devian. Mendapati hal itu, Devian hanya tersenyum lalu mengusap perut Adila yang masih rata.
"Cieee. Alhamdulilah ya calon ibu."
"Iya mas Alhamdulillah. Seneng gak?"
"Alhamdulillah bukan seneng lagi. Malah bersyukur sayang."
Devian mengecup pipi Adila sambil mengelus perut rata istrinya. Mereka terlihat bahagia. Dari jarak kejauhan, Aiza menatap keduanya dengan diam. Ia tersenyum sambil mengusap perutnya sendiri.
Tapi tidak dengan hatinya yang terluka. Ada rasa harapan didalam dirinya yang menginginkan bila saat ini ada Arvino menemaninya, sama Seperti pasangan Adila dan Devian.
Aiza hanya mampu menatap situasi dengan iba sambil mengusap perutnya lagi. Ia mencoba untuk sabar dengan segala ujian hidup yang sedang ia alami.
"Dan, orang-orang yang sabar dalam kesempitan, penderitaan dan dalam peperangan, mereka itulah orang-orang yang benar (imannya), dan mereka itulah orang-orang yang bertaqwa". [Al-Baqarah : 177]
Engkau juga akan tahu bahwa orang yang sabar adalah orang-orang yang dicintai Allah, sebagaimana firman-Nya.
"Dan, Allah mencintai orang-orang yang sabar". [Ali Imran : 146]
🖤🖤🖤🖤
Kalian sabar-sabar juga ya sampai ending 😊
Aiza memang gak secantik Adila. Aiza memang gak sekaya Adila. Bahkan Aiza bukan wanita muda se sukses Adila ataupun memiliki pasangan seperti Devian yang baik, romantis, penyayang dan humor..
Tapi Aiza memiliki hati yang kuat dan sabar. Aiza menerima dengan lapang dada. Aiza gak pernah mengeluh apalagi curhat sama keluarganya meskipun Leni tau karena posisi dia yang bersama Aiza terus.
Dan Aiza tau inilah yang harus ia hadapi dengan semua ujiannya melalui suaminya sendiri.
Aiza ingin mencintai Arvino bukan hanya kelebihan saja, tapi kekurangannya juga. Termasuk sikap Arvino yang mengecewakan kita saat ini
"Janganlah engkau bersedih, sesungguhnya Allah bersama kita". [QS At Taubah:40]
___
With Love
LiaRezaVahlefi
Instagram ; lia_rezaa_vahlefii
NEXT CHAPTER 69 KLIK LINK DIBAWAH INI :
https://www.liarezavahlefi.com/2020/01/chapter-70-mencintaimu-dalam-diam.html
Tidak ada komentar:
Posting Komentar